Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam
sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5 –C,
yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan
kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity
(persambungan gambar-gambar) Kelima unsur ini harus
diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnya nanti di lapangan.
1. Close Up
Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum
produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu skenario, lalu
diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni keterangan rinci mengenai
shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up, dia harus
betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya. Gejolak
emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam shot-shot close up. Bagi
seorang kritikus film, sering unsur menjadi poin tersendiri ketika menilai
sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus menjadi perhatian sutradara.
2. Camera Angle
Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang
harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bisa
dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera
angle dan close up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan
harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-film opera sabun
sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot d a n close
up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan gambar
dengan camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik
dan memaksa penonton untuk mengikutinya terus.
3. Composition
Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang
gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan.
Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan
terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh
komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan
penilaian terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi pertaruhan
mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai
film ini indah dan enak ditonton. Seorang sutradara harus mampu mengendalikan
aspek ini kepada juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional
berdasarkan asas komposisi.
4. Cutting
Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene
lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur
penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan
imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya
bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di
monitor.
5. Continuity
Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah
continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar. Sejak awal, sutradara bisa
memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya
sangat berkaitan erat dengan materi cerita. Sering penonton merasa film yang
ditontonnya loncat ke sana atau ke mari tidak karuan sehingga membuat bingung.
Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan aspek kontinuitas
dari film yang digarapnya.
Unsur Visual (visual element)
Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan,
seorang sutradarajuga harus memahami unsur-unsur visual (visual element) yang
sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang
harus diperhatikan, sikap pose (posture), gerakan anggota badan untuk
memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan
tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan
pandang (eye contact) (Hartoko, 1997:25).
1. Sikap/Pose
Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda buat,
hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini
sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor
yang tersedia,sutradara harus mampu memperhatikan pose pemainnya secara wajar
dan memenuhi kaidah dramaturgi. Sebelum pose sesuai dengan tuntutan skenario
usahakan sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk kalangan indie
yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah main sama sekali (tetapi
gratis).
2. Gerakan Anggota Badan
Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau
beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka
mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung
dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain minum
air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan
baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara filmis dapat
menimbulkan kejanggalan.
3. Perpindahan Tempat
Seorang Sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan
mengarahkan setiap perpindahan
pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam
rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini,
sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan
secara wajar dan tidak dibuat-buat. Perpindahan pemain harus alami sesuai
dengan jalan cerita yang telah tersusun. Improvisasi bagi pemain memang tidak
jadi masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu, menonton
pertunjukan teater bagi seorangsutradara dapat mengasah ketrampilan
penyutradaraannya dan juga sering memberikan penilaian terhadap akting pemain
dalam sebuah film dapat memperkaya kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain.
4. Tindakan Tertentu
Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting yang diberikan
kepada seseorang. Casting di
sini diartikan peran yang dijalankan pemain film dalam
menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain
ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam
sebuah film tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain).
Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang
sutradara agar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan skenario. Terkadang
dalam proses produksi ada pemain yang mencoba menawar kepada sutradara
sehubungan dengan akting yang harus dijalankan. Tidak semua sutradara mau
meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak semua pemain mau
meluluskan kemauan sutradara. Pada kondisi seperti ini tinggal dua pilihan,
pemain diganti atau mengganti adegan. Mengapa casting dalam kegiatan produksi
film cukup lama karena karena persoalan tersebut? Saat film Boy’s Don’t Cry
diproduksi, dilakukan casting yang memakan waktu bertahun-tahun. Hal ini dilakukan
agar siapa pun yang menjadi pemain film tersebut sesuai dengan keinginan
sutradara dan tuntutan skenario.
5. Ekspresi Wajah
Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap naskah.
Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang. Konsep inilah yang mendasari aspek
ini harus diperhatikan betul oleh sutradara. Terutama untuk genre film drama,
unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Banyak juga film action semacam
Gladiator menajamkan aspek ekspresi wajah. Shot-shot close up yang indah dan
pas dapat mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh kecil sering
ditampilkan dalam perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh cinta ukuran
gambar big close up bergantian antara pria dan wanita. Namun sutradara juga
harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang tepat.
Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman
time is key, waktu adalah kunci.
6. Hubungan Pandang
Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di sini
diartikan adanya kaitan psikologis antara penonton dan yang ditonton. Untuk
membuat shot-shot-nya, biasanya sutradara selalu memberikan arahan kepada
pemain film agar menganggap kamera sebagai mata penonton. Dengan cara seperti
ini, biasanya kaidah hubungan pandang ini akan tercapai. Dengan mengibaratkan kamera
sebagai mata penonton, berarti pemain harus berlakon sebaik mungkin untuk
berkomunikasi dengan penonton lewat lensa kamera. Dengan demikian, apa pun yang
akan dilakonkan pemain seolah-olah ada yang mengawasi, yakni kamera sebagai
representasi dari penonton.
Dengan menguasai Rumus 5 C dan Visual Element secara baik
dan benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat film menjadi
tontonan menarik dan munculnya situasi komunikatif antara tontonan dan
penonton. Di sinilah alasan mengapa sebuah film dianggap sebagai produk
komunikasi massa periodik.
0 Comments
Post a Comment